Jumat, 26 September 2008

TAUHID

TAUHID


inna haadzihi ummatukum ummatan waahidatan wa-anaa rabbukum fau'buduuni

Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[*1] dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (21. AL ANBIYAA' ayat 92)

[*1]. Maksudnya: sama dalam pokok-pokok kepercayaan dan pokok-pokok Syari'at.


wa-inna haadzihi ummatukum ummatan waahidatan wa-anaa rabbukum faittaquuni

Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu[*2], dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. (23. AL MU'MINUUN ayat 52)

[*2]. Lihat surat Al Anbiya ayat 92.diatas


yaa ayyuhaa alnnaasu udzkuruu ni'mata allaahi 'alaykum hal min khaaliqin ghayru allaahi yarzuqukum mina alssamaa-i waal-ardhi laa ilaaha illaa huwa fa-annaa tu/fakuuna

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (35. FAATHIR (PENCIPTA) ayat 3)

waja'alahaa kalimatan baaqiyatan fii 'aqibihi la'allahum yarji'uuna

Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu[*3].43. AZ ZUKHRUF ayat 28)

[*3]. Maksudnya: Nabi Ibrahim a.s. menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan bagi keturunannya sehingga kalau terdapat di antara mereka yang mempersekutukan Tuhan agar mereka kembali kepada Tauhid itu.


walaa yamliku alladziina yad'uuna min duunihi alsysyafaa'ata illaa man syahida bialhaqqi wahum ya'lamuuna

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)[*4]. (43. AZ ZUKHRUF ayat 86)

[*4]. Maksudnya Nabi Muhammad dan Nabi yang lain dapat memberi syafa'at sesudah di beri izin oleh Allah s.w.t.

Benar-benar merupakan wujud nyata dari transformasi kalimat tauhid “Laa ilaaha illa-llah”; tidak ada sesembahan kecuali Allah.
Yang mana secara teologis hal itu mengandung penegasan, bahwa di dunia ini tidak ada sesembahan yang benar, melainkan kemutlakkan sesembahan itu hanya Allah Jalla Jalaluh. Inilah yang kemudian oleh Alfaqir nyatakan sebagai sikap mental dan perilaku, “menomor satukan Allah”.

Maksudnya, Allah-lah yang nomor satu.
Sebagai rujukkan dalam kitab suci Al-Quran; 1:5

iyyaaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iinu

[1:5] Hanya Engkaulah yang kami sembah[*5], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[*6].

[*5] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

[*6] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Melakukan perubahan perilaku (Behavior Transformation).
Pembelajaran sifat yang baik (a good character learning)




-------------------- o0o --------------------

ZIHAD

Zihad


Tegaknya tauhid dengan zihad, islam tegak dengan da’wah

Zihad yang sebenarnya

qul in kaana aabaaukum wa-abnaaukum wa-ikhwaanukum wa-azwaajukum wa'asyiiratukum wa-amwaalun iqtaraftumuuhaa watijaaratun takhsyawna kasaadahaa wamasaakinu tardhawnahaa ahabba ilaykum mina allaahi warasuulihi wajihaadin fii sabiilihi fatarabbashuu hattaa ya/tiya allaahu bi-amrihi waallaahu laa yahdii alqawma alfaasiqiina

[9:24] Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Berzihadlah

yaa ayyuhaa alladziina aamanuu maa lakum idzaa qiila lakumu infiruu fii sabiili allaahi itstsaaqaltum ilaa al-ardhi aradhiitum bialhayaati alddunyaa mina al-aakhirati famaa mataa'u alhayaati alddunyaa fii al-aakhirati illaa qaliilun

[9:38] Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu : "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal keni'matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.

illaa tanfiruu yu'adzdzibkum 'adzaaban aliiman wayastabdil qawman ghayrakum walaa tadhurruuhu syay-an waallaahu 'alaa kulli syay-in qadiirun

[9:39] Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ibadah: satu kalimat yang menyeluruh ucapan dan perbuatan hanya karena Allah SWT saja.

wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli turhibuuna bihi 'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa ta'lamuunahumu allaahu ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili allaahi yuwaffa ilaykum wa-antum laa tuzhlamuuna

[8:60] Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

alladziina aamanuu wahaajaruu wajaahaduu fii sabiili allaahi bi-amwaalihim wa-anfusihim a'zhamu darajatan 'inda allaahi waulaa-ika humu alfaa-izuuna

[9:20] orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.

Berhijrah dan berzihad

inna alladziina aamanuu waalladziina haajaruu wajaahaduu fii sabiili allaahi ulaa-ika yarjuuna rahmata allaahi waallaahu ghafuurun rahiimun

[2:218] Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

"azab Allah"

Azab/bencana/murka
Penduduk Negeri beriman tetapi mendustakan


Yang Mengikuti Hawa Nafsu:


 [19:59] Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,

 [25:43] Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,

 [25:44] atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

1) Kehancuran

[23:71] Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Qur'an) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

2) Kerusakan

[30:41] Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

[30:42] Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."

[30:43] Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah1173.

3) Pertikaian

[6:65] Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu482 atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti483 agar mereka memahami(nya)".

4) Kegagalan

[68:17] Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik (hasil)nya di pagi hari,

[68:18] dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),

[68:19] lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur,

[68:20] maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita1493,

[68:21] lalu mereka panggil memanggil di pagi hari:

[68:22] "Pergilah diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya".

[68:23] Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik.


Penghinaan dan Masuk Neraka

[9:63] Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya nerakan jahannamlah baginya, kekal mereka di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar. (SURAT AT TAUBAH (Pengampunan) ayat 63)

"Rahmat Allah"

Rahmat
Penduduk Negeri beriman dan bertaqwa


Yang Mengikuti Petunjuk Al-Qur’an:


 [6:155] Dan Al-Quraan itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat

 [29:51] Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

1) Jaminan Keamanan:

[3:103] Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

2) Jaminan Kemakmuran:

[7:96] Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

[65:2] Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

[65:3] Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

3) Jaminan Ampunan

[34:15] Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".

4) Jaminan Keberhasilan

[12:54] Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".

[12:55] Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".

[12:56] Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.

[12:57] Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.

Penghormatan dan Masuk Surga

salaamun qawlan min rabbin rahiimin
[36:58] (Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

“Menyerah Diri Kepada Allah”

Para jama’ah shalat dzuhur MASJID AL MUQORROBIN yang insya Allah dimuliyakan Allah, TIADA KATA YANG PALING PANTAS KITA UCAPKAN DISIANG HARI INI KECUALI KATA SYUKUR KEHADIRATNYA.
Segala puji bagi Allah Rab semesta alam, yang telah begitu banyak memberi kenikmatan kepada kita semua yaitu; nikmat sehat, nikmat iman-islam, nikmat rezeki yang melimpah.

KARENA HINGGA SAAT INI KITA MASIH DAPAT DENGAN IKHLAS MERENDAHKAN HATI KITA TANPA KESOMBONGAN, DALAM BENTUK PENGHAMBAAN KEPADANYA. KITA LETAKKAN DAHI KITA SEJAJAR DENGAN KAKI SEBAGAI BUKTI KITA ADALAH HAMBA YANG LEMAH TIADA BERDAYA, HAMBA YANG DOIF DENGAN BANYAK LUPA DAN KHILAF KEPADA ALLAH.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Nabi kita; Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan risalah yang dibawanya hingga akhir zaman..
JAMAAH YANG SAYA CINTAI DAN DIMULIAKAN ALLAH, KARENA ITU PADA KESEMPATAN KULTUM KALI INI, saya mengajak kepada para Jama’ah khususnya pada diri saya sendiri untuk BANYAK MENGINGAT ALLAH, TEMA YANG SAYA AMBIL ADALAH “Menyerah Diri Kepada Allah”.

Allah berfirman dalam surah Lukman(31):22

[31:22] Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Yang dimaksud dengan berserah diri ialah menyerahkan jiwa seutuhnya kepada Allah dengan keyakinan penuh bahwa Dia Yang Maha Suci dan Maha Pengatur pasti memilihkan yang terbaik bagi manusia. Berserah diri bukanlah berarti mengabaikan usaha, tetapi justru harus berupaya sekuat kemampuan yang ada.

Gambaran orang yang berserah diri adalah seperti orang yang menggantungkan jiwanya pada Arasy Allah, sementera kakinya menapak di bumi.

Orang yang berserah diri, ikhlas menerima segala ketentuan, musibah ataupun nikmat, yang dipilihkan Allah baginya. Yakin bahwa Dia Yang Maha Pengasih dan Penyayang tidak mungkin menganiaya hamba-Nya.

Untuk dapat berserah diri, diperlukan sikap mental yang positip. Dasarnya adalah, kita harus selalu berprasangka baik kepada Allah. Menyakini bahwa ketentuan apapun yang ditetapkan Allah bagi kita, merupakan pilihan yang terbaik, yaitu sejalan dengan apa yang selalu kita mohonkan pada setiap shalat ……………..

[1:5] Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

[1:6] Tunjukilah kami jalan yang lurus,

[1:7] (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


Agar kita selalu berprasangka baik kepada Allah, renungkanlah ilustrasi ringan sebagai berikut:

1. Seorang pemilik kebun yang ahli dalam bidang pertanian, memotong-motong cabang atau dahan pohon agar pohon itu kelak menghasilkan buah yang banyak. Sekirang saja pohon itu dapat merasa, perbuatan baik ini tentunya akan dianggapnya sebagai suatu penyiksaan yang kejam.
2. Atau seorang ibu, demu kasih sayang kepada anaknya tidak memenuhi permohonan anaknya karena akan mendatangka mudharat, meskipun anaknya sangat menginginkannya.

Begitu juga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Terkadang ia memberi bencana, karena kalau bencana itu tidak diberikan, maka manusia tidak akan mampu mengambil pelajaran. Ia melarang hamba-Nya untuk mengikuti hawa nafsunya, semat-mata demi kebaikan si hamba itu sendiri. Tentu saja bagi orang yang tidak mengenal sifat-sifat Allah, ia tidak akan mengerti hal ini, bahkan balik menuduh Allah berlaku sewenang-wenang.

Sebaliknya bagi orang yang mengerti apa maksud tindakkan Allah itu, jiwanya akan selalu rela dan pasrah, baginya apapun ketetapan yang Allah pilihkan untuknya ia yakin memang itulah yang terbaik. Dalam hadits riwayat Muslim dan Ahmad, Rasulullah saw bersabda:

“Demi Allah yang jiwaku ditangan-Nya, tidaklah Allah menetapkan satu ketetapan bagi seorang mukmin melainkan hal itu baik baginya, dan yang demikian itu hanya bagi seorang mukmin.”

Penegasan Allah dalam surah Al-Anfaal (8):51

[8:51] Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya,

Dari uraian diatas, tampaknya tidak ada pilihan lain bagi orang yang berakal selain harus yakin bahwa kejadian yang menurut mata manusia indah, sesungguhnya belum tentu baik menurut Allah. Demikian juga kejadian yang kita pandang buruk, belum tentu jelek dalam pandangan Allah.

Janji Allah bagi orang yang berserah diri, dalam surat Ath-Thalaq(65):3:

“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”

Rasulullah saw pun bersabda:

Jika kalian berserah diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, niscaya Allah menjamin rezekimu sebagaimana Allah menjamin kebutuhan burung yang terbang di waktu pagi dengan perut kosong, dan pulang di waktu sore dengan perut kenyang.”(Riwayat Imam Akhmad dan Tirmizi)

Nabi Ibrahim as pernah bersabda:

“Salah satu sebab aku menjadi kekasih Allah adalah karena aku tidak pernah merisaukan sesuatu yang telah ditanggung oleh Allah.”

Adapun indicator keberhasilan berserah diri, yaitu tidak adanya rasa was-was, khawatir atau pun kecewa. Yang ada adalah ucapan dengan penuh rasa syukur alhamdulillah atau dengan penuh rasa ikhlas innalillahi wainnaillaihi rojiun.

“……….barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Al-Baqarah (2):112.

Bagi orang yang berserah diri, ia tidak akan mengeluh atau protes kepada Allah atas ketentuan yang ditetapkan padanya. Tindakan yang dilakukannya hanya semata-mata karena taat mematuhi perintah Allah.

Dia berlaku baik bukan sebagai balasan karena orang telah berbuat baik kepadanya, tetapi kebaikan itu dilakukannya semata-mata karena Allah memerintahkan manusia untu berbuat kebajikan. Pandangan bathinnya polos sebagaimana adanya, tidak ada buruk sangka. Lirikannya tanpa disertai emosi. Jiwanya tidak terguncangkan oleh adanya stimulan baik yang bersal dari dalam jiwanya sendiri maupun yang bersal dari lingkungannya. Dia dapat merasakan kaya tanpa harta, sakti tanpa ilmu.

Sebagai kesimpulan, kunci agar dapat berserah diri kepada Allah adalah kita harus selalu berprasangka baik kepada Allah.

Berusahalah dahulu dengan segenap kemampuan yang ada, kemudian serahkan ketentuan hasilnya kepada Allah. Apapun hasil yang diperoleh dari usaha kita itu, yakinlah bahwa itu merupakan yang terbaik atau yang paling sesuai dengan kebutuhan kita saat ini, yaitu sejalan dengan permintaan kita pada stiap shalat


[1:6] Tunjukilah kami jalan yang lurus,

Ingat pula bahwa musibah yang menimpa bukanlah untuk ditangisi, tetapi merupakan isyarat dari Allah agar kita segera berbenah diri, melakukan introspeksi adakah aturan main-Nya kita langgar.

“……….bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka……….” Al-Maidah (5):49

“Apa saja ni'mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri………..” An-Nisaa (4):79

JAMAAH YANG SAYA CINTAI DAN DIMULIAKAN ALLAH, demikianlah apa yang dapat saya sampaikan. Bila ada kekurangan mohon dimaafkan. Semoga ada manfaatnya bagi diri saya dan semuanya.

Hadanallahu wa iyakum ajmain. Billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum w.w.


Amien

Kultum Karyawan Hari Selasa, 22 juli 2008
Masjid Al-Muqorrobin

100 LANGKAH MENUJU KESEMPURNAAN IMAN

100 LANGKAH MENUJU KESEMPURNAAN IMAN

01 Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal dalam setiap pekerjaan
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan dengki dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dengki dan iri hati atas kejayaan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kejayaan
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu tamak akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan tunduk karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri;
16. Jangan campuri harta yang halal dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan solat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan solat fardhu di awal waktu, berjamaah dan di masjid;
25. Biasakan solat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah kerana Allah dan berpisahlah kerana Allah;
33. Berlatih memikirkan kebesaran Allah
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan minta maaf apabila janji tidak dapat ditunaikan
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormati setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
42. Berlaku adil dalam segala urusan;
43. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Bersihkan rumah dari patung-patung berhala;
45. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
46. Perbanyakkan silaturahim;
47. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
48. Bicaralah secukupnya;
49. Beristeri/bersuami seandainya mampu
50. Hargai dan manfaatkan waktu;
51. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
52. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit batin;
53. Sediakan waktu untuk bersama dengan keluarga;
54. Makanlah secukupnya tidak kurang dan tidak berlebihan;
55. Hormati guru dan ulama;
56. Biasakan bershalawat kepada nabi;
57. Cintai keluarga Nabi saw;
58. Jangan perbanyakkan hutang;
59. Jangan terlampau mudah berjanji;
60. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara dan palsu
61. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti bersembang dan bergurau senda
62. Bergaullah dengan orang-orang soleh;
63. Bangun di penghujung malam untuk berdoa dan beristighfar;
64. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
65. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
66. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
67. Jangan membenci seseorang kerana fahaman dan pendirian;
68. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
69. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan;
70. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapat kesulitan;
71. Jangan melukai hati orang lain;
72. Jangan membiasakan berkata dusta;
73. Berlaku adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
74. Jaga amanah dengan penuh tanggung jawab;
75. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
76. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita;
77. Jangan membuka aib orang lain;
78. Bandingkan orang yang lebih miskin daripada kita.
79. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
80. Sediakan waktu untuk merenung atau muhasabah apa-apa yang sudah dilakukan;
81. Jangan merendah diri kerana miskin dan jangan sombong kerana kaya;
82. Jadilah manusia yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara;
83. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
84. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
85. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
86. Hargai pemberian orang;
87. Jangan habiskan waktu untuk sekadar hiburan dan kesenangan;
88. Akrablah dengan setiap orang.
89. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
90. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fizik atau mental kita menjadi terganggu;
91. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
92. Bersedialah untuk melupakan kesalahan orang dan bersedialah untuk melupakan jasa kita;
93. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu,dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
94. Jangan cepat percaya kepada berita buruk yang bersangkutan dengan sahabat kita, sebelum dipastikan kebenarannya;
95. Jangan menangguhkan pelaksanaan tugas dan kewajiban;
96. Sambutlah uluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
97. Jangan memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang di luar kemampuan diri;
98. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan.Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
99. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan kerusakan;
100. Jangan mengambil kesempatan di atas penderitaan orang dan dengan memiskinkan orang;

Bersamalah kita bermuhasabah diri dan merenung kedalam diri,adakah kita telah mencapai kesempurnaan dan keteguhan iman yang amat dituntut oleh Islam.Sekiranya nyawa telah sampai di kerongkong dan Izrail berada disisi,mampukah kita mempertahankan kalimah tauhid untuk mendapatkan husnul khatimah?

Alam Nasyrah ayat : 5-6


Fa inna ma’al ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusra (QS. Alam Nasyrah ayat 5-6)
Yang artinya menurut Al Qur’an terjemahan Depag RI : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

Namun saya pernah diberitahu ketika mengikuti sebuah kajian, bahwa sebenarnya, terjemahan yang tepat adalah : “Karena sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan”

Jadi, kemudahan tersebut ada didalam kesulitan tersebut, bukan setelahnya. Dan kemudahan tersebut bukan hanya satu, tetapi banyak.

Mungkin terjemahan yang kita dapat ketika mengikuti kajian tersebut, sangat tepat dengan beberapa kejadian berikut :

Kejadian pertama :
Kejadian ini dialami oleh seorang Ibu, sebut saja namanya Aminah. Umur 55 tahun. Ketika Aminah ingin ke kamar mandi, sang Ibu ini terjatuh. Kontan, sang Anak yang tinggal serumah dengan Ibu ini, membantu Ibunya untuk bangun dan membawanya ke kamar. Dikarenakan jatuhnya tersebut, kaki sang Ibu terasa sakit, dan meminta sang Anak untuk memijatnya. Ketika sang Anak memijat Ibunya, sang Anak melihat bintik² merah di kaki Ibunya, dan ketika diperiksa ke bagian tubuh yang lain, ternyata bintik² merah tersebut merata dibagian tubuhnya yang lain. Segera sang Anak membawa sang Ibu untuk diperiksa kesehatannya di klink kesehatan terdekat. Setelah diperiksa, ternyata sang Ibu positif terkena Demam Berdarah, dan dikarenakan kondisinya sudah cukup parah, kadar Hb sangat jauh dari normal, klinik tersebut menyarankan sang Ibu untuk segera dibawa ke Rumah Sakit.

Kejadian kedua :
Kejadian ini saya baca disebuah surat kabar Ibukota. Kejadian ini menimpa salah seorang supir truk yang hendak melintas di sebuah jalan Ibukota. Ketika dalam perjalanan, sebuah mobil memotong jalan truk tersebut, dan beberapa orang keluar dari mobil tersebut dan menodongkan senjata ke supir truk dan keneknya. Sang supir pun “merelakan” truk dibajak oleh para pembajak. Sang supir dan keneknya, kemudian diikat dan disekap, kemudian ditaruh di jok belakang supir. Selang beberapa waktu, ban truk tersebut bocor. Dan karena para pembajak tidak ingin mengambil resiko, truk tersebut pun ditinggal oleh para pembajak.

Kejadian ketiga :
Berita disebuah stasiun TV tentang maraknya kembali penggunaan formalin pada bahan makanan seperti ayam dan daging. Pada acara tersebut, diberitahukan bagaimana mengenali ayam atau daging yang berformalin.

Diantara ciri² tersebut adalah :
a).Warna ayam / daging mengkilap
b).Ayam / daging terasa kaku jika dipegang.

Namun ada ciri lainnya yang membuat kita sedikit kaget, ciri tersebut adalah, tidak mau hinggapnya lalat pada makanan yang berformalin. Beberapa ibrah (pelajaran) yang kita dapatkan dari beberapa kejadian tersebut diatas adalah, didalam kesusahan, ada kemudahan. Dan ini sejalan dengan Al Qur’an yang memang merupakan petunjuk hingga akhir zaman.

Pada kejadian pertama, bagaimana jika sang Ibu tidak terjatuh ketika Ia ke kamar mandi ? Mungkin keadaan beliau yang ternyata terjangkit demam berdarah tersebut, baru disadari ketika sudah sangat parah.

Pada kejadian kedua, bagaimana jika ban truk tidak bocor ? Mungkin seluruh isi truk tersebut dan nyawa sang supir dan keneknya tidak terselamatkan.

Pada kejadian ketiga, Allah Subhanahu Wata’ala telah menciptakan lalat. Mungkin banyak diantara kita yang berfikir, apa sih gunanya lalat ? hanya membawa penyakit saja. Mungkin kita lupa dengan ayat : “Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. (QS Al Anbiyaa’ : 16)” “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali ‘Imraan : 191)”

Tapi Allah, pencipta seluruh alam semesta ini beserta isinya, tahu apa yang kita tidak tahu. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al Baqarah : 30)”

Mari sama² kita syukuri semua yang diberikan Allah kepada kita, walau mungkin, kita tidak menyukainya.. Karena Allah mengetahui apa yang terbaik untuk kita, meskipun hal tersebut tidak kita sukai. “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah : 216)” . Wallahu ‘alam.