Senin, 06 Oktober 2008

PETUNJUK JALAN YANG LURUS

A. Petumjuk Jalan Yang Lurus


“Tunjukkanlah[3] kami ke jalan yang lurus”. (Al-Fatihah; 6)

[3] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.

Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, [17:9]

1. Jalan Allah SWT

Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus".[Ali ‘Imran/3:51]

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. [An Nisaa’/4:175]

Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun[4] melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya[5]. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus[6]." [Huud/11:56]

[4]. Yang dimaksud “binatang melata” disini ialah segenap mahluk Allah yang bernyawa.
[5].Maksudnya: menguasainya sepenuhnya
[6]. Maksudnya: Allah selalu berbuat adil.


2. Jalan Para Nabi

sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, [36:3-4]

3. Jalan Penghambaan

dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. [36:61]

4. Jalan Tawakal Kepada Allah SWT

Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [3:101]

5. Jalan Al-Quran

sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, [Al Waaqi’ah/56:77]

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [Al Maa-Idah/5:16]


“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS Al-An’aam/6:155)

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya[7]. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. [Al An’Aam/6:39]

[7]. Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.” (QS Al-Isra/17:9-10)

6. Jalan Fitrah (Tafsir Ash-Shafi; juz 1, halaman 86)
Al-Quran datang berbicara dengan fitrah manusia mengikuti logika berfikirnya.
Ia diturunkan oleh Allah yang menciptakan fitrah itu. Oleh karena Allah swt tahu segala sesuatu yang layak dan mendatangkan kebaikan kepada fitrah manusia.
Allah mengemukakan kepada fitrah manusia sesuatu hakikat yang memang telah tersimpan didalamnya sebelum dikemukakan oleh Al-quran kepadanya, yaitu bertauhid kepada Allah dengan mengakui keberadaan (wujud) Allah Yang Maha Penciptaserta kewajiban berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa dengan ibadah dan taubat bersama seluruh alam semesta bertahmid dan bertasbih. Allah swt menerangkan karakter fitrah manusia sebagai berikut:

Allah swt berfirman:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu[8]?"
Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).(Al-A’raaf/7:172-174).

[8]. Maksudnya: agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa bapak-bapak mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah, tak ada lagi jalan bagi mereka, hanyalah meniru orang-orang tua mereka yang mempersekutukan Tuhan itu. Karena itu mereka menganggap bahwa mereka tidak patut disiksa karena kesalahan orang-orang tua mereka itu.

Allah swt berfirman:

fa-aqim wajhaka lilddiini haniifan fithrata allaahi allatii fathara alnnaasa 'alayhaa laa tabdiila likhalqi allaahi dzaalika alddiinu alqayyimu walaakinna aktsara alnnaasi laa ya'lamuuna

[30:30] Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut Fitrah itu. Tidak ada perubahan pada Fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui [9], (AR-RUUM (BANGSA RUMAWI) ayat 30)

[9]. Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

7. Jalan Menuju Surga
Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi dan utusan yang paling mulia.
setiap muslim yang beribadah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tujuan utama yang sangat urgen bagi setiap muslim adalah ia keluar meninggalkan dunia fana ini dengan ampunan Allah dari segala dosa sehingga Allah tidak menghisabnya pada hari Kiamat, dan memasukkannya ke dalam surga kenikmatan, hidup kekal didalamnya, tidak keluar selama-lamanya.

Kita bermohon kepada Allah yang Maha Hidup, yang tiada Tuhan yang haq selain Dia, untuk menerima segala amalan kita. Sesungguhnya Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Setiap Muslim dan Muslimah diperintahkan untuk menuntut ilmu karena dengan menuntut ilmu mereka akan mengetahui tentang agama Islam yang bersumber dari Al-Qur-an dan As-Sunnah. Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih.
Allah Subhanahu wa Ta ‘ala berfirman:

"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. Al-Fath/48: 28)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (1I/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.]

Tidak ada komentar: